Welcome Comments Pictures

20 Oct 2018

Untuk Mama Tersayang

Hai, Ma...
Apa kabarmu disana?
Aku disini selalu mendoakanmu agar sehat & bahagia selalu.
Ma, maaf karna aku terlalu sibuk untuk mengumpulkan uang.
Bukannya aku melupakanmu, Ma.
Aku selalu merindukan Mama.
Bahkan ingin menangis setiap Mama bertanya "Natal & tahun baru nanti pulang gak?".
Ma, maaf jika 2 tahun sudah aku tidak merayakan natal & tahun baru dirumah.
Tidak bisa membantumu membuat kue & melakukan pekerjaan rumah lainnya.
Ma, aku ingin sekali pulang dan tidur bersamamu setiap malam.
Tapi banyak hal yang menjadi pertimbanganku untuk tidak pulang natal & tahun baru ini.
Ma, jangan khawatir dengan keadaan ku disini.
Aku tetap menjadi anakmu yang baik.
Ma, percayalah...keputusanku untuk hidup jauh dari mu adalah keputusan terbaikku.
Karna aku selalu berpikir untuk bisa menjadi anak yang mandiri dan tidak menyusahkan orangtua.
Aku hanya ingin menjadi anak yang mampu membiayakan hidupku sendiri.
Ma, aku bisa saja terlihat kuat.
Tapi terkadang aku merasa sepi, rindu suasana rumah, bahkan menangis sendiri dikamar.
Ma, bersabarlah...
Aku akan menyisihkan waktu liburku untuk pulang.


Minggu, 21 Oktober 2018
01:10
Atrium Mulia

27 Jul 2018

Dua Kali



Dua kali terjadi dalam 2 tahun ini.
Bagaimana tidak aku harus menangis lagi dan membuat mata ini bengkak!
Sakit yang tak bisa diungkapkan.
Menahan semua teriakan yang ingin ku ungkapkan.
Kejadian pertama yang hampir membuatku putus asa, dan sekarang terulang kembali.

“Ma…bolehkah aku kembali untuk menangis dipelukanmu sesaat?”
“Pa…Haruskah aku menyerah dan pulang saja?”

Apa yang salah hingga aku menjadi seperti ini?
Berkali-kali aku memikirkannya, tetap saja aku tidak salah.
Mungkin hanya hidup ku yang kurang beruntung.

Tapi kenapa harus dua kali merasakan sakitnya, TUHAN?

22 Feb 2018

Hidup Seperti Apa?


Rasanya seperti berjalan di gurun pasir.
Tidak ada penunjuk jalan.
Tidak tau harus berjalan ke arah mana.
Ada rasa panas yang membuat ingin berteriak.
Tiupan angin membuat butiran pasir masuk ke mata,
Hingga harus meneteskan air mata dan menahan rasa perih.
Merindukan air yang tak pernah ada di gurun pasir.
Menahan haus & lapar yang bisa membuatku mati seketika.
Berdoa agar Tuhan tunjukkan jalan keluar dari gurun pasir.
Tapi mungkin Tuhan telah mengabaikan doa itu.
Berharap ada seseorang yang datang menolong.
Tapi yang diharapkan tidak akan pernah datang.
Seperti orang yang hilang ingatan, aku diabaikan.
Dicampakkan seperti sampah busuk yang harus dimusnahkan.
Takdir seperti apa yang dijalani, aku pun tak tau.
Bahkan seperti orang buta yang tidak bisa melihat kembali hidup ini.
Apakah harus membenci hidup yang telah dijalani?

2 Feb 2018

PAPA

Menceritakan tentangmu membuat aku harus menangis dahulu. Mengingat bagaimana kau mendidik & menyayangi aku. Hingga umur yang telah menginjak angka 25, tetapi belum banyak hal yang bisa aku lakukan untuk membuatmu bahagia.
Harus ku akui.. Semua nilai-nilai bagus semasa sekolah dulu adalah bukti kau mengajarkan aku untuk tidak menjadi anak yang bodoh di sekolah.
Masih ku ingat bagaimana romantisnya kau memberi ku buah apel dari mulut mu, semasa aku masih kecil.
Ketika aku sakit dulu, kau adalah orang pertama yang menyadari tubuh ku kejang-kejang. Saat itu mata ku memang tertutup dan aku dalam kondisi tidak sadar. Tapi aku masih bisa mendengar dengan jelas kau berteriak, marah, dan menangis di rumah sakit. Saat itu kau selalu disamping ku, sesekali kau memegang tangan ku, dan menunggu ku di IGD hingga aku sadar.
Pa..Terima kasih karna saat aku kritis dulu, kau ada disamping ku dan memberi ku semangat untuk kembali menatap dunia ku.
Pa..Maaf.. Karena saat kau harus operasi jantung, aku tidak bisa ada disampingmu, menemani mu hingga kau sadar dari obat bius. Aku sangat sedih waktu mama menelepon dan bilang kalau papa harus operasi jantung untuk pasang 2 cincin. Aku hanya bisa menelepon mu sebelum operasi untuk memberimu semangat. Kau bilang pada ku bahwa kau tidak merasa sedang sakit. Kau bilang pada ku bahwa kau merasa sehat. Semua itu kau katakan agar aku tidak bersedih & patah semangat dengan masa depan ku di Jakarta. Padahal kondisi mu saat itu sangatlah tidak baik, pembuluh darah di jantung mu nyaris putus dan kau harus di operasi sesegera mungkin.
Pa..Aku rindu masa sekolah dulu. Masa dimana aku sering mendapatkan nilai matematika tertinggi di kelas. Kau menyambut ku di rumah dengan pelukan dan ciuman mu. Aku masih ingat wajah bahagia mu ketika aku mendapatkan nilai matematika dengan angka sempurna (10) saat seleksi masuk SMP dulu. Aku juga ingat bagaimana aku menantangmu ketika aku memaksa untuk mendaftar di SMA 4 Jambi. Saat itu, kau bilang bahwa aku boleh sekolah disana jika aku bisa lulus ujian masuk SMA 4 Jambi. Aku membuktikannya dengan nama ku yang berada di nomor urut 4 pada pengumuman di koran. Saat itu kau masih belum setuju untuk aku sekolah jauh dari mu. Tetap saja aku memaksa kehendak ku dan menyakinkan mu.
Pa..Kau benar-benar terlihat seperti pahlawan disaat aku di bully oleh senior ku waktu kuliah di keperawatan dulu. Kau membela ku dan tidak membiarkan mereka menyakiti aku.
Pa..Maaf..
Karna natal & tahun baru 2018 tidak bisa kita lewati dengan berkumpul bersama.
Maafkan aku karna tidak bisa bercerita banyak tentang semua masalah ku, disaat kau menelepon aku dan membujuk aku untuk curhat padamu.
Saat ini aku hanya merasa lebih baik untuk memendam semuanya, pa.
Miss You Comments Pictures