Menceritakan tentangmu membuat
aku harus menangis dahulu. Mengingat bagaimana kau mendidik & menyayangi
aku. Hingga umur yang telah menginjak angka 25, tetapi belum banyak hal yang
bisa aku lakukan untuk membuatmu bahagia.
Harus ku akui.. Semua
nilai-nilai bagus semasa sekolah dulu adalah bukti kau mengajarkan aku untuk
tidak menjadi anak yang bodoh di sekolah.
Masih ku ingat bagaimana
romantisnya kau memberi ku buah apel dari mulut mu, semasa aku masih kecil.
Ketika aku sakit dulu, kau
adalah orang pertama yang menyadari tubuh ku kejang-kejang. Saat itu mata ku
memang tertutup dan aku dalam kondisi tidak sadar. Tapi aku masih bisa mendengar
dengan jelas kau berteriak, marah, dan menangis di rumah sakit. Saat itu kau
selalu disamping ku, sesekali kau memegang tangan ku, dan menunggu ku di IGD
hingga aku sadar.
Pa..Terima kasih karna saat
aku kritis dulu, kau ada disamping ku dan memberi ku semangat untuk kembali
menatap dunia ku.
Pa..Maaf.. Karena saat kau
harus operasi jantung, aku tidak bisa ada disampingmu, menemani mu hingga kau
sadar dari obat bius. Aku sangat sedih waktu mama menelepon dan bilang kalau
papa harus operasi jantung untuk pasang 2 cincin. Aku hanya bisa menelepon mu
sebelum operasi untuk memberimu semangat. Kau bilang pada ku bahwa kau tidak
merasa sedang sakit. Kau bilang pada ku bahwa kau merasa sehat. Semua itu kau
katakan agar aku tidak bersedih & patah semangat dengan masa depan ku di
Jakarta. Padahal kondisi mu saat itu sangatlah tidak baik, pembuluh darah di
jantung mu nyaris putus dan kau harus di operasi sesegera mungkin.
Pa..Aku rindu masa sekolah
dulu. Masa dimana aku sering mendapatkan nilai matematika tertinggi di kelas.
Kau menyambut ku di rumah dengan pelukan dan ciuman mu. Aku masih ingat wajah
bahagia mu ketika aku mendapatkan nilai matematika dengan angka sempurna (10)
saat seleksi masuk SMP dulu. Aku juga ingat bagaimana aku menantangmu ketika
aku memaksa untuk mendaftar di SMA 4 Jambi. Saat itu, kau bilang bahwa aku
boleh sekolah disana jika aku bisa lulus ujian masuk SMA 4 Jambi. Aku
membuktikannya dengan nama ku yang berada di nomor urut 4 pada pengumuman di
koran. Saat itu kau masih belum setuju untuk aku sekolah jauh dari mu. Tetap saja
aku memaksa kehendak ku dan menyakinkan mu.
Pa..Kau benar-benar terlihat
seperti pahlawan disaat aku di bully oleh senior ku waktu kuliah di keperawatan
dulu. Kau membela ku dan tidak membiarkan mereka menyakiti aku.
Pa..Maaf..
Karna natal & tahun baru
2018 tidak bisa kita lewati dengan berkumpul bersama.
Maafkan aku karna tidak bisa
bercerita banyak tentang semua masalah ku, disaat kau menelepon aku dan
membujuk aku untuk curhat padamu.
Saat ini aku hanya merasa
lebih baik untuk memendam semuanya, pa.